Retropolis : Jadul Masa Kini   Leave a comment

Musik dan berpakaian ala jadul saat ini mulai digandrungi oleh kaum muda. Alasannya adalah ingin tampil beda dengan yang lain, meskipun kerap dibilang aneh.

Oleh: Ginanjar Dimas Agung

Sekumpulan anak muda berpakaian tempo dulu sedang berkumpul di tepian jalan Basuki Rahman. Tampilan mereka tidak seperti lazimnya kebanyakan anak muda lain di sekelilingnya. Kumpulan ini menamakan dirinya Retropolis. Sebuah komunitas yang mengusung musik-musik jadul lengkap dengan dandanan-nya.
Berpakaian ala jadul saat ini memang bisa dibilang norak atau aneh. Kemeja dengan motif dominan bunga-bunga bermarna cerah, berkerah lebar. Sedangkan model celana tidak lepas dari potongan cut bray, dengan minimal lingkaran bawah 30 cm. Untuk pakaian wanita biasanya disandangkan dengan longdress motif bunga-bunga atau polkadot. Tidak lupa kacamata besar, pakaian dihiasi dengan pernak-pernik semacam bandana, syal, pin, ikat pinggang besar, sepatu kinclong berhak tinggi. Jika dibayangkan mirip dengan kostum raja dangdut Rhoma Irama, atau group band Naif yang tersohor mengusung nuansa musik tahun ‘60 sampai ‘70an.

“Retropolis adalah kumpulan pecinta jadul,” papar Koko salah satu pendiri Retropolis. Ia menambahkan bahwa terbentuknya Retropolis berawal dari kecintaannya kepada musik-musik yang populer pada tahun ‘60 dan ‘70an. Seperti The Doors, The Beatles, Led Zepplin, dan Elvis’s.

Bertambahnya anggota Retropolis dari tahun ke tahun memang tidak bisa dilepaskan dari akar sejarah pendiriannya pada tahun 2003. Riko Lennon sebagi ketua Retropolis membeberkan bahwa Retropolis didirikan tepatnya pada 9 September 2003. “Retropolis didirikan oleh Rutfi, Koko, Argo, Dewi, Pandu dan saya sendiri,” papar seorang wartawan lokal surabaya dengan nama lengkap Riku Abdiono ini.

Riko Lennon memaparkan bahwa perkembangan musik dan gaya jadul saat ini makin semarak. “Retropolis sekarang tidak hanya ada di Surabaya saja, telah buka “cabang” ke Sidoarjo, Pasuruan, Malang dan Jember,” imbuhnya menerangkan banyaknya pecinta musik-musik jadul.

Retropolis saat ini tidak hanya menjadi milik Surabaya, juga daerah lain. Ada Retropolis Sidoarjo yang dipromotori oleh pria yang akrab disapa Adi Asoy. Pada awalnya ia membentuk sebuah komunitas jadul dengan nama Retromini. “Pada tahun 2004 kebetulan bertemu dengan Retropolis Surabaya saat menonton Band Naif. Akhirnya Retromini berganti nama menjadi Retropolis Surabaya,” paparnya. Dengan pakaian bunga-bunga dominasi hijau terang, rompi hijau tua berhias pin, kacamata frame lebar warna cokelat dan celana cut bray sekilas menunjukkan kecintaannya terhadap dunia oldies. ”Bukan cuma pakaian yang dikoleksi tetapi mulai kacamata kumbang sampai kaset-kaset produksi lama,” papar Adi Dekadi S Ahmad.

Roh Naif Pengikat

Selama lima tahun berdiri, Retropolis telah menyebar ke beberapa kota di Jawa Timur. Untuk menjalin dan mempererat rasa kebersamaan, sesama anggota Retropolis bersepakat untuk selalu menonton Band Naif bersama. Adi Asoy mengisahkan pengalaman ketika menonton Band Naif. “Ketika Band Naif Konser di Jogja, sebagian besar dari kami izin bekerja untuk menonton Naif di Jogjakarta,” paparnya.

Riko Lennon memaparkan bahwa Naif memang menjadi ikon gaya jadul saat ini. Karena Naif salah satu band yang populer berkat keanehannya membawakan atmosfer jadul. “Ibaratnya Retropolis dipengaruhi oleh roh Naif baik gaya ataupun lagu,” katanya. Meskipun Naif adalah band yang mempopulerkan gaya tempo dulu, Retropolis tidak menutup kemungkinan menyukai dan menonton band lokal lain yang serupa. Sebutlah Rhoma Irama, Benyamin, band White Shoes and The Couples Company atau The Changcuters yang sedang ngetren lewat lagu berjudul Racun Dunia.

Retropolis memang dekat dengan band Naif. Hal ini terbukti beberapa kali Naif sempat bertandang ke markas Retropolis di studio 21 jalan Jemur Sari tempat berkumpulnya anggota dari Retropolis. Koko menuturkan bahwa album ke-4 Naif yang berjudul Retropolis diangkat dari Komunitas Retropolis di Surabaya. Gaya jadul dan kedekatan Naif dengan Retropolis memang menjadi salah satu alasan untuk bergabung dengan Retropolis. Misalnya Cut Linda, ia memang mencari komunitas yang sesuai dengan kesukaannya yaitu Naif dan kesukaannya terhadap pakaian tahun ‘70an. “Aku suka yang norak. Walaupun orang bilang aneh tetapi akhirnya mereka mengikuti gaya ini juga,” paparnya bangga. (*)

Tinggalkan komentar